Minggu, 26 Oktober 2014

Paragraf atau Alinea


Pengertian Paragraf atau Alinea

Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi paragraph, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu gagasan(gagasan tunggal).Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan tunggal paragraf.
                Dalam kenyataannya kadang-kadang kita menemukan alinea yang hanya terdiri atas satu kalimat, dan hal itu memang dimungkinkan. Namun, dalam pembahasan ini wujud alinea semacam itu dianggap sebagai pengecualian karena disamping bentuknya yang kurang ideal jika ditinjau dari segi komposisi, alinea semacam itu jarang dipakai dalam tulisan ilmiah. Paragraf diperlukan untuk mengungkapkan ide yang lebih luas dari sudut pandang komposisi, pembicaraan tentang paragraf sebenarnya ssudah memasuki kawasan wacana atau karangan sebab formal yang sederhana boeh saja hanya terdiri dari satu paragraf. Jadi, tanpa kemampuan menyusun paragraf, tidak mungkin bagi seseorang mewujudkan sebuah karangan.
Syarat-syarat Membuat Alinea atau Paragraf yang Baik
     Paragraf yang efektif harus memenuhi dua syarat ,yaitu adanya kesatuan dan kepaduan.
1) Kesatuan paragraf (Kohesi paragraf)
Syarat yang kedua adalah kesatuan paragraf. Yang dimaksud kesatuan adalah tiap pargaraf hanya mengandung satu pokok pikiran yang diwujudkan dalam kalimat utama. Kalimat utama yang diletakkan di awal paragraf biasa kita sebut dengan paragraf deduktif, sedangkan kalimat utama yang diletakkan di akhir paragraf biasa kita sebut dengan paragraf induktif. Adapun ciri-ciri dalam membuat kalimat utama, yakni kalimat yang dibuat harus mengandung permasalahan yang berpotensi untuk diperinci atau diuraikan lebih lanjut. Ciri-ciri lainnya yaitu kalimat utama dapat dibuat lengkap dan berdiri sendiri tanpa memerlukan kata penghubung, baik kata penghubung antarkalimat maupun kata penghubung intrakalimat.
Contoh paragraf deduktif
PBB menetapkan 12 Agustus sebagai hari Remaja Internasional. Pencetus gagasan ini ialah para menteri sedunia yang menangani masalah remaja di portugal 1998. Tujuannya guna memicu kesadaran remaja untuk memahami masalah sosial budaya, lingkungan hidup, pendidikan dan kenakalan remaja.
Contoh paragraf induktif
Kalau ditanya rencana masa depan, banyak remaja menjawab asal-asalan. Mereka tidak punya greget dalam menatap masa depan, mereka sebagai air, mengikuti aliran tanpa berperan mengarahkan air itu. Tanpa motivasi, tanpa perencanaan yang jelas. Mereka yang pesimis, harapan masa depannya pun rendah.

2) Kepaduan paragraf (Kohorensi paragraf)
Langkah-langkah yang harus kita tempuh adalah adanya kemampuan untuk merangkai kalimat sehingga berkaitan satu sama lain sehingga logis dan serasi. Lalu gunakanlah kata penghubung yang dapat membuat kalimat saling berkaitan. Terdapat dua jenis kata penghubung, yaitu kata penghubung intrakalimat dan kata penghubung antarkalimat. Intrakalimat yaitu kata yang menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat, contohnya: karena, sehingga, tetapi, dsb. Sedangkan antarkalimat yaitu kata yang menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya, contohnya: oleh karena itu, jadi, kemudian dan sebagainya.
Contoh :
 Remaja mempunyai banyak potensi untuk dikembangkan. Remaja terkadang tidak menyadari bahwa ia memiliki banyak kelebihan yang bisa digali dan diberdayakan guna menyongsong masa depan. Mereka perlu bantuan untuk dimotivasi dan diberi wawasan. Anak-anak muda lewat potensinya adalah penggengam masa depan yang lebih baik dari para pendahulunya.
Pengembangan Paragraf atau Alinea
Pengembangan paragraf sangat berkaitan erat dengan posisi kalimat topik karena kalimat topiklah yang mengandung inti permasalahan atau ide utama paragraf. Pengembangan paragraph deduktif, misalnya, yang menempatkan ide/gagasan utama pada awal paragraf, pasti berbeda dengan pengembangan paragraf induktif yang merupakan kebalikan dari paragraf deduktif. Demikian juga dengan tipe paragraf yang lainnya.
                Selain kalimat topik, pengembangan paragraf berhubungan pula dengan fungsi paragraf yang akan dikembangkan: sebagai paragraf pembuka, paragraf pengembang, atau paragraf penutup. Fungsi tersebut akan mempengaruhi pemilihan metode pengembangan karena misi ketiga paragraf tersebut dalam karangan saling berbeda .
Metode pengembangan paragraf akan bergantung pada sifat informasi yang akan disampaikan,yaitu: persuasive, argumentatif, naratif, deskriptif, dan eksposisi. Metode tersebut sudah pasti digunakan untuk mengembangkan alinea argumentatif, misalnya akan berbeda dengan naratif.
Setelah mempertimbangkan factor tersebut barulah kita memilih salah satu metode pengembangan paragraf yang dianggap paling tepat dan efektif. Diantara banyak metode pengembangan paragraf yang terdapat di dalam buku – buku komposisi, disini diangkat enam metode yang umum dipakai untuk mengembangkan alinea dalam penulisan karangan. Metode yang dimaksud adalah : metode definisi, metode contoh, metode sebab-akibat, metode umum khusus, dan metode klasifikasi.
Didalam mengarang, keenam metode pengembangan paragraf tersebut dapat dipakai silih berganti sesuai dengan keperluan mengarang si penulisnya.


1. Cara pertentangan
Biasanya menggunakan ungkapan-ungkapan seperti berbeda dengan, bertentangan dengan, sedangkan, lain halnya dengan, akan tetapi, dan bertolak belakang dari.
Contoh : Orang yang suka memberi dengan ikhlas hidupnya tak pernah kekurangan, berbeda dengan orang yang kikir, jiwanya tertekan karena harus pelit.
2. Cara perbandingan
Biasanya menggunakan ungkapan seperti, serupa dengan, seperti halnya, demikian juga, sama dengan, sejalan dengan, akan tetapi, sedangkan, dan sementara itu.
Contoh : Hidup jangan seperti lalat yang suka makan barang-barang busuk, akan tetapi hiduplah seperti lebah yang hanya makan sari bunga yang wangi dan manis yang memberikan banyak keuntungan bagi makhluk lain.
3. Cara analogi
Analogi adalah bentuk pengungkapan suatu objek yang dijelaskan dengan objek lain yang memiliki suatu kesamaan atau kemiripan, biasanya dilakukan dengan bantuan kiasan. Kata-kata kiasan yang digunakan yaitu ibaratnya, seperti dan bagaikan.
Contoh : Peran gizi bagi kesehatan manusia tidak bisa ditawar-tawar lagi, tubuh ibarat mobil, mobil perlu bensin untuk jalan, manusia pun perlu beras untuk berenergi.
4. Cara Contoh- contoh
Kata, seperti, misalnya, contohnya dan lain-lain merupakan ungkapan-ungkapan dalam pengembangan dalam mengembangkan paragraf dengan contoh.
Contoh: Tak ada seorang pun yang tak ingin kaya, apalagi kaya dengan rejeki yang halal, tapi didunia ini berlaku hukum keseimbangan, kaya dengan halal harus kerja keras, kerja cerdas dan kerja waras. Kekayaan hasil korupsi tidak akan pernah membuahkan kebahagiaan. Contohnya : Bapak A memimpin sebuah lembaga negara, yang asalnya biasa sekarang jadi superkaya, rumahnya bak istana, setiap anak punya mobil dan apartemen, tetapi anehnya ketiga anak laki-lakinya tidak ada yang lulus kuliah, anak perempuannya hobi kawin cerai dan dua cucunya mengalami keterbelakangan mental.
5. Cara sebab akibat
Dilakukan jika menerangkan suatu kejadian. Ungkapan yang digunakan yaitu, padahal, akibatnya, oleh karena itu dan karena.
Contoh : Pertama kali pindah kekota ia adalah anak yang baik, tahun pertama ia masuk Smk mulai merokok, malam minggu kumpul ditempat tongkrongan langganan, disuguhi minuman beralkohol, mulailah mabuk-mabukan. Kini rokoknya diganti dengan lintingan ganja, uang transport sering dipakai beli ganja, sekolah sering bolos, akibatnya raport jelek, badan kurus dan sekarang mulai berani enjual barang-barang rumah untuk membeli si daun haram itu.
6. Cara definisi
adalah, yaitu, ialah, merupakan kata-kata yang digunakan dalam mengembangkan paragraf secara definisi.
Contoh : Paragraf ialah suatu bagian dari karangan yang di dalamnya terdiri atas beberapa kalimat yang selalu berkaitan satu sama lain sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh membentuk satu pikiran utama. Di dalam paragraf biasanya terdapat satu kalimat yang menjadi pokok pikiran dari paragraf tersebut yang biasa kita kenal dengan kalimat utama.
7. Cara klasifikasi
Adalah pengembangan paragraf melalui pengelompokan berdasarkan ciri-ciri tertentu. Kata-kata ungkapan yang lazim digunakan yaitu dibagi menjadi, digolongkan menjadi, terbagi menjadi, dan mengklasifikasikan.
Contoh : Ada paragraf yang isinya mengisahkan kehidupan seseorang, menjelaskan sebuah proses, melukiskan keadaan dengan kata-kata, bahkan ada paragraf yang isinya mempengaruhi cara berpikir orang lain. Ditinjau dari sifat isi paragraf tadi maka paragraf dapat digolongkan menjadi paragraf deskriptif, paragraf naratif, paragraf persuatif, dan paragraf argumentatif.
Unsur-unsur Alinea atau Paragraf
1)      Ide Pokok

Ide pokok adalah hal yang dibahas dalam suatu paragraf atau pikiran yang menjiwai
seluruh isi paragraf. Umumnya ide pokok tersurat dalam paragraf, tapi tak jarang pula dalam
 bentuk tersirat. Biasanya ide pokok tersurat pada bagian awal, akhir, atau awal dan akhir
 paragraf. Kuncinya adalah hal yang dibahas atau dijelaskan dalam paragraf itu.
Cara menemukan ide pokok dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan "apakah yang
diungkapkan dalam paragraf ini?".

2)      Kalimat Utama

Kalimat utama ialah tempat dimana dituangkannya ide pokok suatu paragraf.
Berdasarkan letaknya, kalimat utama terletak di awal paragraf (deduktif), akhir paragraf
(induktif), atau di awal dan akhir paragraf (deduktif-induktif). Selain itu ada juga paragraf yang
tidak memuat kalimat utama tapi hanya mempunyai ide pokok, yaitu paragraf yang ide pokoknya
tersirat dalam seluruh paragraf.
Cara menemukan kalimat utama cukup mudah dengan mengetahui ciri-cirinya yaitu terletak di
awaal pada umumnya pernyataan bersifat umum, pernyataan yang masih perlu pengembangan,
rincian, dan penjelasan lebih lanjut. Jika kalimat utama berbentuk kalimat majemuk bertingkat,
maka ide pokoknya terletak pada induk kalimat.




3)      Kalimat Penjelas

Kalimat Penjelas adalah kalimat-kalimat yang menjelaskan kalimat utama. Kalimat ini
harus memiliki kesatuan yang padu, yakni semua kalimat tersebut membentuk sebuah paragraf
menyatakan suatu ide pokok tertentu. Kalimat penjelas juga harus koheren, yakni memiliki
hubungan dengan kalimat lain sehingga membina keutuhan paragraf.

Ciri-ciri Kalimat Utama dan Kalimat Penjelas

A.      Ciri kalimat utama

Adapun cirri-ciri kalimat utanma yaitu:
1.    Biasanya terletak pada awal paragraph tetapi biasa juga terletak di akhir paragraph
2.    Suatu kalimat berisi kalimat utama ditandai dengan kata kunci sebagai berikut:
     Sebagai kesimpulan
    Yang terpenting
    Jadi
    Dengan demikian
    Intinya, pada dasarnya
Kalimat utama biasanya berisi sebuah pernyataan yang nantinya akan di jelaskan oleh kalimat penjelas.

B.      Ciri kalimat Penjelas

1.    Berisi penjelas, seperti berikut ini:
    Contoh-contoh
    Keterangan
    Rincian dan lain-lain
2.    Kalimat penjelas memerlukan kata penghubung
3.    Selalu menghubungkan kalimat-kalimat dalam paragraph.

Manfaat Alinea

1.       Menampung Ide Pokok
 Fungsi dari paragraf yang pertama adalah sebagai penampung sebuah ide pokok. Sudah kita pelajari sebelumnya bagaimana ciri-ciri paragraf. Sekarang kita tahu bahwa paragraf berfungsi untuk menampung berbagai ide pokok sang penulis.
2.       Membantu Memahami Isi
 Fungsi paragraf kali ini ialah sebagai sarana yang membantu para pembaca memahami isi. Kalau saja tidak ada paragraf pasti para pembaca akan sulit membedakan kapan sang penulis memberikan ide pokok yang berbeda.
3.       Membantu Menguraikan Masalah
 Selanjutnya paragraf juga berfungis sebagai sarana yang membantu penulis untuk menguraikan masalah . Paragraf juga dapat membantu penulis mengembangkan semua ide yang ada  agar terurai secara jelas dan sistematis agar dipahami oleh pembaca.
4.       Memulai Pokok Pikiran Baru
 Ini ada sedikit hubungan dengan funsi paragraf nomer 2 . Paragraf membantu penulis dan pembaca membedakan ide pokok satu paragraf dengan paragraf lain. Sehingga tujuan para penulis tersampaikan secara baik.
Macam-macam Alinea
Berdasarkan sifat dan tujuannya, alinea dapat dibedakan menjadi :
1)      Alinea Pembuka
2)      Alinea Penghubung
3)      Alinea Penutup
Berdasarkan sifat isinya, alinea dapat dibedakan menjadi :
1)      Alinea persuatif
2)      Alinea argumentatif
3)      Alinea naratif
4)      Alinea deskriptif
5)      Alinea ekspositoris
Berdasarkan fungsi, alinea dapat dibedakan menjadi :
1)      Alinea Pembuka
2)      Alinea Pengembang
3)      Alinea Penutup

Berdasarkan Sifat dan Tujuannya

1.       Alinea Pembuka
Alinea pembuka merupakan bagian dari sebuah wacana atau karangan yang paling pertama kita temui. oleh karena situ, sebaiknya alinea pembuka itu disusun secara menarik agar memunculkan rasa ingin tahu kepada para pembaca. Dalam alinea pembuka sangat diharapkan dapat membimbing para pembaca untuk memasuki suatu jalan cerita atau isi dari wacana atau dengan kata lain alinea pembuka ini menyiapkan para pembaca untuk memasuki alinea isi. Rumusan alinea pembuka yang baik akan menjadi pedoman untuk pengembangan karangan menuju tingkat selanjutnya. Dengan pedoman itu maka akan tercapainya suatu kepaduan pada dalam sebuah wacana atau karangan.
2.       Alinea Isi/Penghubung
Alinea isi merupakan suatu ide pokok beserta pengembangannya dalam sebuah wacana atau karangan. Oleh karena itu, alinea isi merupakan bagian yang esensial dalam suatu wacana atau karangan. Maksudnya adalah alinea isi menjelaskan dengan cara menguraikan bagian-bagian ide pokok tersebut. Dalam menjelaskannya harus disusun dengan berurutan dan sesuai dengan asas-asas penalaran yang masuk akal atau logis.

3.       Alinea Penutup
Alinea penutup merupakan alinea-alinea yang mengakhiri atau menutup suatu wacana atau karangan. Alinea ini merupakan kebulatan dari masalah-masalah yang dikemukakan pada bagian wacana atau karanan sebelumnya. Selain itu alinea penutup juga harus mengandung kesimpulan yang benar-benar mengakhiri uraian wacana atau karangan tersebut. Karena bertugas untuk mengakhiri suatu wacana, maka alinea penutup yang baik ialah yang tidak terlalu panjang, tetapi juga tidak terlalu pendek. Akan tetapi, alinea penutup harus menimbulkan kesan tersendiri bagi para pembaca.
Untuk menciptakan sebuah wacana atau karangan yang baik diperlukan ketiga aspek tersebut agar para pembaca dapat membaca dan mengerti arti dari wacana atau karangan yang kita buat. Selain itu kita harus membaca terlebih dahulu wacana atau karangan yang kita buat agar kita tahu dimana letak kesalahan kita supaya kita dapat memperbaiki tau merevisi karangan kita sebelum dibaca oleh banyak orang.
Berdasarkan Sifat Isinya
1.            Alinea Persuasif

Alinea Persuasif adalah alinea yang mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi sesuatu dengan cara mempengaruhi pembaca.
Alinea Persuasif banyak dipakai dalam penulisan iklan, terutama advertorial yang belakangan ini marak mengisi lembaran koran, majalah, serta lembar promosi lainnya.

 Contoh:
 Desain Liquid Mini tampak mengilhami sosok Liquid Express. Tampak sudut melengkung di kedua sisi namun Liquid Ekspress punya bentangan layar lebih luas seukuran 3,5 inchi. Si Liquid Exspress ditenagai prosesor qualcomm turbo berclock speed 800 mhz. Sebagai pelengkap , fitur-fitur andalan lain dari ponsel berharga sekitar $ 350 ini termasuk kamera 5 MP, Wifi, HSDPA, dan aplikasi khusus bikinan Acer bernama Social Jogger dimana koneksi mudah dan cepat ke halaman facebook, twitter, dan flickr.

2.            Alinea Argumentatif

Alinea Argumentatif adalah alinea yang membahas satu masalah dengan bukti-bukti atau alasan yang mendukung.
 Alinea Argumentatif umumnya dipakai dalam karangan ilmiah seperti buku, skripsi, disertasi, makalah, dan laporan. Dalam tulisan ilmiah, alinea argumentatif, deskriptif, dan ekspositoris bahu-membahu membangun karangan.

 Contoh:
Dan peganglah baik-baik kutipan religius yang satu ini, “mulailah dengan yang kanan”. Penafsirannya menurut Saya, juga menurut Ary Ginanjar dalam ESQ-nya, “mulailah dengan otak kanan”. Sebagai tambahan, Saya melihat kultur Indonesia, China, Islam, dan Nasrani akrab dengan kebaikan, contohnya ‘tangan kanan’, ‘langkah kanan’, golongan kanan’, dan sebelah kanan’. Orang padang bilang, ‘langkah suok’. Tidak mau ketinggalan, burung garuda dalam Pancasila pun menoleh ke kanan, bukannya ke kiri atau lurus kedepan. Jarum jam juga bergerak ke kanan.

3.            Alinea Naratif

Alinea Naratif adalah alinea yang menuturkan peristiwa  atau keadaan dalam bentuk cerita.
 Alinea naratif sering dipakai dalam karangan fiksi atau non ilmiah seperti novel dan cerpen.
 Contoh:
Selama bertahun-tahun, Jaka Tarub merawat tiga bidadari yang sakit jiwa, si Cantik, si Genit dan si Kalem. Suatu ketika Jaka Tarub ingin menguji kewarasan ketiga-tiganya. Maka, diboyonglah ketiga bidadari itu kesebuah telaga yang kering tidak ada airnya sama sekali. Rupa-rupanya Jaka Tarub ingin menguji bagaimana tanggapan mereka. Begitu tiba di pinggir telaga, si Cantik lansung melepaskan kebayanya dan berlagak mandi. Tidak mau ketinggalan si Genit pun melepaskan kebayanya dan berlagak mencuci pakaian. “huh, dasar bidadari-bidadari gendeng!” tukas Jaka Tarub, “airnya tidak ada, eh malah mandi, malah mencuci”.

4.            Alinea Deskriptif

Alinea Deskriptif adalah alinea yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan bahasa.
 Alinea Deskriptif umumnya dipakai dalam karangan ilmiah seperti buku, skripsi, disertasi, makalah, dan laporan.
 Contoh:
Suaka alam tarusan merupakan hutan hujan tropis pegunungan. Berdasarkan atas perbedaan tinggi dari muka laut, hutan tropis ini dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu montain rain forest (hutan hujan pegunungan) dengan ketinggian 700 m dpl sampai 1600m dpl dan high montain rain forest (hutan hujan pegunungan tinggi) dengan ketinggian 1000-2000 m dpl. Sungai-sungai yang mengalir melalui areal tersebut  tersebar merata dan pada umumnya air mengalir sepanjang tahun.

5.            Alinea ekspositoris

Alinea Ekspositoris adalah alinea yang memaparkan sesuatu fakta atau kejadian tertentu.
 Alinea ekspositoris umumnya dipakai dalam karangan ilmiah seperti buku, skripsi, disertasi, makalah, dan laporan. Khusus untuk berita di dalam surat kabar, sebagian besar memakai alinea ekspositoris.
 Contoh:
Pada tahun 1885, wilbur wright mengalami kecelakaan. Disebuah permainan hoki, stik menghajar mukanya. Walaupun cederanya tidak begitu parah, namun setelah itu, ia lebih suka menyendiri di rumah. Kemudian ia hanyut di perusahaan percetakan yang dirintis oleh saudaranya, Orville. Sejauh itu, kelihatannya wilbur tidak punya cita-cita apapun.




Sumber:


Sabtu, 25 Oktober 2014

KALIMAT EFEKTIF




Pengertian Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain.
Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Untuk itu penyampaian harus memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik, yaitu strukturnya benar, pilihan katanya tepat, hubungan antarbagiannya logis, dan ejaannya pun harus benar.

Syarat-Syarat Kalimat Efektif

1.       Kesatuan atau Kepaduan

Kesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:

a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.

Contoh:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjurmeninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan. (efektif)
Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (tidak efektif)
Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)


2.       Kohorensi

Suatu kalimat efektif harus memiliki unsur koherensi yaitu perpaduan antar kata yang digunakan untuk membentuk suatu kalimat yang efektif.
Suatu kalimat dikatakan memenuhi unsur koherensi bila terdapat, subjek, predikat, objek dan keterangan didalam kalimat tersebut.

Contoh kalimat efektif:
“Atas perhatian semua seluruhnya, kami ucapkan terima kasih.”
Kalimat diatas bukan merupakan kalimat efektif, seharusnya:
 “Atas perhatian semuanya, kami ucapkan terima kasih.”



3.       Kehematan

Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini dikarenakan, penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan penghematan, yaitu:

a. Menghilangkan pengulangan subjek.
b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.

Contoh:
Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif)
Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)
Dia sudah menunggumu sejak dari pagi. (tidak efektif)
Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)

4.       Kevariasian
 
Agar kalimat tidak monoton dan menjemukan, diperlukan adanya variasi. Hal itu dapat ditempuh dengan berbagai cara berikut ini.

a.    Variasi penggunaan kata

Contoh:
Pembicaraan itu membicarakan kenakalan mahasiswa.
Pembicaraan itu membahas kenakalan mahasiswa.
Pembahasan itu membicarakan kenakalan mahasiswa.

Tidak ada variasi pada kalimat pertama, hal itu terlihat dengan pemakaian kata yang monoton, yaitu pembicaraan dan membicarakan yang sesungguhnya dapat divariasikan seperti pada kalimat kedua dan ketiga.

b.    Variasi struktur dan variasi jenis

Variasi struktur dapat dilakukan dengan frasa keterangan atau klausa anak kalimat yang diletakkan di awal kalimat dapat juga variasi aktif-pasif. Variasi jenis memiliki kemungkinan jenis kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat seru.
Variasi struktur:

Contoh:
Dari kehidupan sehari-hari anak jalanan data penelitian ini dikumpulkan.

Kalimat di atas berasal dari kalimat berikut ini.
Data penelitian ini dikumpulkan dari kehidupan sehari-hari anak jalanan.

Agar tidak menjemukan, dan sekedar untuk variasi, frasa keterangan  (dari kehidupan sehari-hari anak jalanan) dapat diletakkan di awal kalimat.




Klausa anak kalimat :

Contoh:
Ketika  laboratorium rusak karena gempa, penelitian ini untuk sementara dihentikan.

Gagasan utama kalimat di atas adalah penelitian ini untuk sementara dihentikan, namun karena klausa ini tidak ditegaskan, maka sekedar untuk variasi, anak kalimat yang diisi oleh klausa ketika  laboratorium rusak karena gempa dapat diletakkan di awal kalimat.
Variasi jenis:

Contoh:
Kita harus berani melawan berbagai usaha penyelewengan. Jangan ragu-ragu! Mengapa? Kita adalah tunas-tunas bangsa yang diandalkan.
Ada variasi jenis pada kalimat-kalimat di atas, yaitu variasi kalimat berita, kalimat perintah dan kalimat tanya.
Kelincahan dalam penulisan tergambar oleh struktur kalimat yang dipergunakan. Ada kalimat yang pendek, dan ada kalimat yang panjang. Penulisan yang mempergunakan kalimat dengan pola dan bentuk kalimat yang sama akan menimbulkan kebosanan dan suasana monoton pada pembaca. Demikian juga bila penulis terus-menerus memilih kalimat yang pendek. Akan tetapi, kalimat yang panjangpun akan membuat pembaca kehilangan pegangan akan ide pokok dan mungkin menimbulkan kelelahan pada pembaca. Oleh karena itu dalam penulisan diperlukan pola dan bentuk kalimat yang bervariasi. Kemungkinan variasi kalimat akan anda pelajari pada bagian berikut ini.

1)    Variasi dalam pembukaan kalimat
Ada beberapa kemungkinan untuk memulai kalimat demi efektifitas, yaitu dengan variasi pembukaan kalimat. Kita telah mempelajari pengutamaan kalimat pada kegiatan terdahulu yaitu dengan cara mengemukakan bagian yang dianggap penting pada awal kalimat. Dalam variasi pembukaan kalimat, sebuah kalimat dimulai atau dibuka dengan cara: (1) frasa keterangan tempat atau waktu, (2) frasa verbum, atau (3) vartikel penghubung dan sebagainya.
Perhatikan contoh-contoh berikut!

Gemuruh teriakan serempak penonton ketika penyerang tengah menyambar umpan dan membahas jala kiper pada menit ke-19.
Dengan gagah  Obahorok telah tampil di Jakarta, kota metropolitan yang angkuh ini.
Pada menit ke-50 kapten kesebelasan kembali menjaringkan bola untuk yang kedua kalinya.
Mang Usil dari Kompas menganggap hal ini sebagai suatu isyarat sederhana untuk berttansmigrasi.    Tetapi cara kualitatif kecenderungan itu menunjukkan perkembangan yang merisaukan.
Dengan tambah dia menghadapi musibah yang berat itu
.

2)    Variasi dalam Pola Kalimat

Untuk efektifitas kalimat dan untuk menghindari suasana menontaon yang dapat menimbulkan kebosanan, pola kalimat subyek-predikat-obyek dapat diubah menjadi predikat-obyek-subyek, atau yang lainnya.
Perhatikan contoh-contoh berikut yang menunjukkan susunan inverse predikat-obyek-subyek, atau obyek-subyek-predikat, predikat-subyek-obyek.
Dianggap hanya satu rentetan kesewenangan kepala desa peristiwa ini oleh penduduk Sugi Waras.
Dalam keterangan kepada Antara di Rabat, Menlu Muchtar mengatakan bahwa tukar pikiran itu sangat bermanfaat.
Bagi orang banyak, terutama orang kota, peristiwa itu tentunya tidak akan mungkin dapat dimengerti.

3)    Variasi dalam Jenis Kalimat
Untuk mencapai efektifitas sebuah kalimat berita atau pernyataan dapat dinyatakan dalam kalimat tanya atau kalimat perintah.
Perhatikan contoh-contoh beriku ini!
Kita harus berhati-hati memakai bahan bakar dan energi di dalam negeri.
Dapatkah kita melaksanakan pembagunan ini sesuai dengan program?

5.       Kelogisan

Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.

Contoh:
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)

6.        Keparalelan atau Kesajajaran

Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.

Contoh:
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)

7.       Ketegasan

Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:

a.Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).

Contoh:
Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. (ketegasan)
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)

b. Membuat urutan kata yang bertahap.

Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar)

c. Melakukan pengulangan kata (repetisi).

Contoh:
Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.

d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.

Contoh:
Anak itu bodoh, tetapi pintar.

e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel –lah, -pun, dan –kah.

Contoh:
Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini.

Kesalahan-Kesalahan yang Terjadi dalam membuat Kalimat Efektif

Jenis-jenis kesalahan kalimat

Berbahasa pada hakikatnya merupakan kegiatan menyusun kalimat, usaha membuat kalimat yang benar, dan pengetahuan mengenai jenis-jenis kesalahan kalimat merupakan pengetahuan yang tidak dapat diabaikan. Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan sebuah kalimat itu salah.

A.           Ejaan

Ejaan adalah cara-cara yang digunakan untuk mewujudkan bahasa       dalam bentuk tulisan.[1][10] Dengan demikian ejaan mempunyai kedudukan yang amat penting dalam bahasa tulis karena ia dapat mempengaruhi cara seseorang mengucapkan atau melafalkan bahasa tertulis tersebut.

Contoh:
1.      Ibu sudah pergi.
2.      Ibu sudah pergi?

Kedua kalimat di atas walaupun terdiri atas kata-kata yang sama, keduanya memiliki maksud berbeda karena perbedaan tanda ejaan yang digunakan. Kalimat pertama diakhiri dengan tanda titik sehingga mengandung makna berita, sedangkan kalimat kedua diakhiri dengan tanda tanya sehingga bermakna sebuah pertanyaan.
Pada dasarnya kesalahan ejaan tidak selalu menimbulkan kesalahan makna.



Contoh:
1.      Peserta lokakarya bahasa berjumlah limapuluh orang.
2.      Pihak majikan harus menjaga kwalitas hasil produksi perusahaannnya.
3.      Di tempat itupun terdapat rumah-rumah penduduk biasa.
4.      Putranya yang ungsu sekarang kuliah di I.A.I.N.

Semua kalimat-kalimat di atas salah ejaannya. Tetapi, coba bandingkan dengan kalimat-kalimt yang sudah dibenarkan ejaannya di bawah ini, sebagai berikut:
1.      Peserta lokakarya bahasa berjumlah lima puluh orang.
2.      Pihak majikan harus menjaga kualitas hasil produksi perusahaannya.
3.      Di tempat itu pun terdapat rumah-rumah penduduk biasa.
4.      Putranya yang bungsu sekarang kuliah di IAIN.

Jika kita lihat makna kalmat-kalimat di atas sama benar dengan kalimat-kalimat terdahulu, tetapi kelompok kalimat pertama adalah kalimat-kalimat yang ejaannya salah, sedangkan kelompok kalimat kedua adalah kekompok kalimat yang ejaannya benar.

B.           Kata

Setelah ejaan, faktor lain yang dapat menyebabkan kesalahan kaliamt adalah kata. Kata mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu bahasa karena kata menjadi unsur utama pembangun sebuah kalimat.
Baik buruknya seseorang dapat dilihat cara kemahiran dan kecermatannya dalam memilih kata. Kata dapat menyebabkan suatu kalimat salah, apabila kata tersebut:

1.          Kalimat salah yang disebabkan oleh kesalahan bentuk kata.

Menurut bentuknya kata dapat dibedakan atas kata dasar dan kata jadian atau kata turunan. Kesalahan yang sering terjadi akibat perubahan daru kata dasar yang tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya perubahan pengertian yang tidak dikehendaki. Berikut ini contoh kalimat-kalimat salah yang disebabkan kesalahan kalimat:

a.      Saya mendengarkan sudah hampir dua bulan ia dirawat di rumah sakit.
b.      Sudah dua kali ia diperingati guru agar tidak berbuat curang.
c.       Amin mempunyai kegemaran mengkail di laut.
d.      Kantor tempatnya pekerja jauh sekali dari sini.
e.      Saya berserta teman-teman aan mengikuti diskusi kelas.

Mari kita bandingkan dengan di bawah ini:

a.      Saya mendengar sudah hampir dua bulan ia dirawat di rumah sakit.
b.      Sudah dua kali ia diperingatkan guru agar tidak berbuat curang.
c.       Amin mempunyai kegemaran mengail di laut.
d.      Saya beserta teman-teman akan mengikuti diskusi kelas.
Ternyata hanya sedikit sekali perbedaan yang terdapat pada kedua kelompok kalimat tersebut. Kalau kita bandingkan antara keduanya, akan tampak perbedaan sebagai berikut:
a.      mendengarkan                           a. mendengar
b.      diperingati                                  b. diperingatkan
c.       mengkail                                    c. mengail
d.      pekerja                                       d. bekerja
e.      berserta                                       e. Beserta

2.          Kalimat salah yang disebabkan oleh kesalahan arti kata.

Fungsi kalimat yang paling utama ialah untuk menyampaikan ide atau gagasan. Kalimat yang dibangun oleh kata-kata yang mengandung makna atau arti.dengan demikian, tampak jelaslah arti penting pemilihan kata yang mendukung pengertian sebagaiman dimaksudkan oleh pembicara atau penulis. Berikut ini beberapa contoh kalimat salah yang disebabkan oleh kesalahan arti salah satu kata yang membangunnya.

a.      Saya sampaikan terimakasih kepada pengacara yang telah memberikan kesempatan berbicara kepada saya.
b.      Kalau kau ingin lulus, jangan kauacuhkan nasihat guru-gurumu.
c.       Akibat penebangan hutan yang semena-mena, kini di mana-mana terjadi banjir.
d.      Jangan sekali-sekali kau berdusta.

 Pemakaian bahasa yang cermat dalam memilih kata, pasti segera tahu bahwa kalimat-kalimat di atas salah.
Kalimat a salah karena penggunaan kata pengacara yang tidak pada tempatnya. Pengacara adalah sebutan untuk orang yang bertugas membela perkara di pengadilan. Yang dimaksud pembicara pasti bukan pengacara tetapi pengatur acara. Jadi, kalimat yang benar adalah “saya ucapkan terimakasih kepada pengatur acara yang telah memberi kesempatan saya berbicara”.
Kalimat b salah karena penggunaan kata acuh yang tidak sesuai dengan maknanya. Arti kata acuh adalah peduli. Mengacuhkan artinya memperdulikan; sama artinya memperhatikan. Jadi, agar kalimat tersebut betul dan tidak menyakitkan hati para guru, sebaiknya diubah demikian: “kalau ingin lulus, acuhkanlah guru-gurumu.
Kalimat c salah karena penggunaan kata semena-mena. Kata semena-mena berarti dengan baik-baik atau dengan kira-kira. Tentu dengan makna ini salah sekali. Maka maksud dari kalimat ini adalah tidak semena-mena ini berarti sewenang-wenang. Jadi dapat disimpulkan bahwa kalimat yang benar adalah:
-          Akibat penebangan hutan yang tidak semena-mena, kini di mana-mana sering terjadi banjir.
Atau:
-          Akibat penebangan hutan yang sewenang-wenang, kini di mana-mana sering terjadi banjir.
Kalimat d salah karena pemakaian kata sekali-kali­ tidak pada tempatnya. Makna kata sekali-sekali adalah kadang-kadang atau kadangkala. Karena pemakaian tidak tepat tersebut, kalimat itu menjadi membingungkan.kalimat tersebut mestinya kita katakan demikian “jangan sekali-kali kau berdusta” karena ini adalah kalimat larangan yang harus dipatuhi.


3.          Kalimat salah yang disebabkan oleh kesalahan kalimat fungsi kata

 Setiap kata pada suatu kalimat pasti mimiliki fungsi. Apabila dalam suatu kalimat terdapat suatu kalimat yang tidak berfungsi sesuai dengan jenisnya, maka jelas kalimat itu salah.

Contoh:
a.      Bagi yang tidak berkepentingan dilarang masuk!
Segera kita ketahui kesalahan kalimat itu apabila kita buatkan pertanyaan, “siapakah yang dilarang masuk?” jawaban pertanyaan di atas pasti “yang tidak berkepentingan” dari jawaban di atas kita ketahui bahwa kata “bagi” tidak berfungsi dalam kalimat tersebut, sehingga kalimat b itu salah. Agar kalimat demikian betul, maka:
b.      Yang tidak berkepentingan dilarang masuk!

4.          Kalimat salah yang disebabkan oleh kata yang salah susunannya

Bahasa indonesia mempunyai aturan cara menyusun kata:
a.      Yang diterangkan diletakkan di depan; sedang yang menerangkan diletakkan di belakang (dikenal dengan hukum DM).
b.      Untuk menyatakan milik, cukup dengan menjajarkan benda yang dimiliki dengan benda yang memiliki; dan
c.       Hubungan antarkata prinsipnya bersifat sintetis.
Contoh:
a.      Menurut kabar yang saya dengar, ia akan datand ini hari.
b.      Atas bantuan anda, saya ucapkan banyak terimakasih.
c.       Rumah adik saya jauh sekali dari keramaian.
d.      Ayah dari teman adik saya berasal dari kalimantan.
Seharusnya:
a.      Menurut kabar tang saya dengar, ia akan datang hari ini.
b.      Atas bantuan anda, saya ucapkan terimakasih banyak.
c.       Rumah adik saya jauh sekali dari keramaian.
(Rumah adik sudah mengandung pengertian rumah “milik” adik)
d.      Ayah teman adik saya berasal dari kalimantan.
(Ayah teman adik sudah mengandung penertian ayah “dari” teman adik)

C.           Logika

Dalam pembuatan kalimat harus dapat diterima akal (logis). Kalimat logis adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah berpikir yang benar sehingga tidak mengandung kerancuan di dalamnya. Seringkali bahasa lisan mengandung kesalahan kalimat akibat kalimat yang dibuat menyalahi kaidah berpikir yang sehat, tetapi dipandang lumrah sehingga dibiarkan saja.
Contoh:
-          Pencopet itu berhasil ditangkap oleh polisi.
-          Yang merasa kehilangan jam tangan dapat diambil di kantor TU.
Bandingkan dengan kalimat berikut:
-          Polisi itu berhasil menangkap polisi itu.
-          Yang merasa kehilangan jam tangan dapat mengambilnya di kantor TU.
Kalimat 2 dan 3 memang tidak logis. Hal tersebut dapat terlihat pada hubungan S dan P-nya.
Siapakah yang berhasil menangkap pencopet?
Jawabanya: polisi.
Siapakah yang berhasil melarikan diri?
Jawabannya: pencopet
Jadi polisi berhasil menangkap pencopet; sedangkan pencopet berhasilkan melarikan diri dari tangkapan polisi. Memang, polisi berusaha menangkap pencopet berusaha supaya tidak biasa ditangkap oleh polisi.
Penjelasan kalimat 3:
-siapakah yang diambil?
Jawabannya: yang merasa kehilangan jam tangan. Misalkan yang kehilangan jam tangan itu Arini, maka Arinilah yang diambil di kantor TU. Benarkah hal demikian? Tentu saja tidak. Maksud kalimat 3 di atas bukan Arini yang diambil, melainkan jam tangan, atau Arini yang dapat mengambil jam tangan itu.

D.           Kata-kata yang sering salah prnggunaannya dan pengucapannya

Kesalahan suatu kalimat selain disebabkan oleh kesalahan yang    bersifat gramatikal, termasuk penggunaan tanda baca,dapat juga disebabkanoleh pengunaan kata yang kurang tepat atau salah artinya. Berikut ini akan dikemukakan beberapa kata yang sering membingungkan banyak orang sehingga mengakibatkan penggunaannya salah:

1.      Agar supaya
2.      Atase kebudayaan
3.      Berhubung
4.      Benar/betul
5.      Bang dan bank
6.      Besok
7.      Bersama ini saya beritahukan, bahwa...
8.      Berulangkali
9.      Berdasarkan atas; yang betul berdasarkan atas
10.    Diketemukan; yang betul ditemukan


Sumber: