Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang
mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti
oleh orang lain.
Kalimat dikatakan efektif
apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan
sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Untuk itu penyampaian
harus memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik, yaitu strukturnya benar,
pilihan katanya tepat, hubungan antarbagiannya logis, dan ejaannya pun harus
benar.
Syarat-Syarat
Kalimat Efektif
1. Kesatuan atau Kepaduan
Kesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjurmeninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan. (efektif)
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjurmeninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan. (efektif)
Makalah ini membahas tentang teknologi
fiber optik. (tidak efektif)
Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)
Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)
2. Kohorensi
Suatu kalimat efektif harus memiliki unsur koherensi yaitu perpaduan
antar kata yang digunakan untuk membentuk suatu kalimat yang efektif.
Suatu kalimat dikatakan memenuhi unsur koherensi bila terdapat,
subjek, predikat, objek dan keterangan didalam kalimat tersebut.
Contoh kalimat efektif:
“Atas perhatian semua seluruhnya, kami ucapkan terima kasih.”
Kalimat diatas bukan merupakan kalimat efektif, seharusnya:
“Atas perhatian semuanya, kami ucapkan terima kasih.”
3. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini dikarenakan, penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan penghematan, yaitu:
a. Menghilangkan pengulangan subjek.
b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh:
Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif)
Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)
Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif)
Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)
Dia sudah menunggumu sejak dari pagi.
(tidak efektif)
Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)
Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)
4. Kevariasian
Agar kalimat tidak monoton dan menjemukan, diperlukan adanya variasi. Hal itu dapat ditempuh dengan berbagai cara berikut ini.
a. Variasi penggunaan kata
Contoh:
Pembicaraan itu membicarakan kenakalan mahasiswa.
Pembicaraan itu membahas kenakalan mahasiswa.
Pembahasan itu membicarakan kenakalan mahasiswa.
Tidak ada variasi pada kalimat pertama, hal itu terlihat dengan pemakaian kata yang monoton, yaitu pembicaraan dan membicarakan yang sesungguhnya dapat divariasikan seperti pada kalimat kedua dan ketiga.
b. Variasi struktur dan variasi jenis
Variasi struktur dapat dilakukan dengan frasa keterangan atau klausa anak kalimat yang diletakkan di awal kalimat dapat juga variasi aktif-pasif. Variasi jenis memiliki kemungkinan jenis kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat seru.
Variasi struktur:
Contoh:
Dari kehidupan sehari-hari anak jalanan data penelitian ini dikumpulkan.
Kalimat di atas berasal dari kalimat berikut ini.
Data penelitian ini dikumpulkan dari kehidupan sehari-hari anak jalanan.
Agar tidak menjemukan, dan sekedar untuk variasi, frasa keterangan (dari kehidupan sehari-hari anak jalanan) dapat diletakkan di awal kalimat.
Klausa anak kalimat :
Contoh:
Ketika laboratorium rusak karena gempa, penelitian ini untuk sementara dihentikan.
Gagasan utama kalimat di atas adalah penelitian ini untuk sementara dihentikan, namun karena klausa ini tidak ditegaskan, maka sekedar untuk variasi, anak kalimat yang diisi oleh klausa ketika laboratorium rusak karena gempa dapat diletakkan di awal kalimat.
Variasi jenis:
Contoh:
Kita harus berani melawan berbagai usaha penyelewengan. Jangan ragu-ragu! Mengapa? Kita adalah tunas-tunas bangsa yang diandalkan.
Ada variasi jenis pada kalimat-kalimat di atas, yaitu variasi kalimat berita, kalimat perintah dan kalimat tanya.
Kelincahan dalam penulisan tergambar oleh struktur kalimat yang dipergunakan. Ada kalimat yang pendek, dan ada kalimat yang panjang. Penulisan yang mempergunakan kalimat dengan pola dan bentuk kalimat yang sama akan menimbulkan kebosanan dan suasana monoton pada pembaca. Demikian juga bila penulis terus-menerus memilih kalimat yang pendek. Akan tetapi, kalimat yang panjangpun akan membuat pembaca kehilangan pegangan akan ide pokok dan mungkin menimbulkan kelelahan pada pembaca. Oleh karena itu dalam penulisan diperlukan pola dan bentuk kalimat yang bervariasi. Kemungkinan variasi kalimat akan anda pelajari pada bagian berikut ini.
1) Variasi dalam pembukaan kalimat
Ada beberapa kemungkinan untuk memulai kalimat demi efektifitas, yaitu dengan variasi pembukaan kalimat. Kita telah mempelajari pengutamaan kalimat pada kegiatan terdahulu yaitu dengan cara mengemukakan bagian yang dianggap penting pada awal kalimat. Dalam variasi pembukaan kalimat, sebuah kalimat dimulai atau dibuka dengan cara: (1) frasa keterangan tempat atau waktu, (2) frasa verbum, atau (3) vartikel penghubung dan sebagainya.
Perhatikan contoh-contoh berikut!
Gemuruh teriakan serempak penonton ketika penyerang tengah menyambar umpan dan membahas jala kiper pada menit ke-19.
Dengan gagah Obahorok telah tampil di Jakarta, kota metropolitan yang angkuh ini.
Pada menit ke-50 kapten kesebelasan kembali menjaringkan bola untuk yang kedua kalinya.
Mang Usil dari Kompas menganggap hal ini sebagai suatu isyarat sederhana untuk berttansmigrasi. Tetapi cara kualitatif kecenderungan itu menunjukkan perkembangan yang merisaukan.
Dengan tambah dia menghadapi musibah yang berat itu.
2) Variasi dalam Pola Kalimat
Untuk efektifitas kalimat dan untuk menghindari suasana menontaon yang dapat menimbulkan kebosanan, pola kalimat subyek-predikat-obyek dapat diubah menjadi predikat-obyek-subyek, atau yang lainnya.
Perhatikan contoh-contoh berikut yang menunjukkan susunan inverse predikat-obyek-subyek, atau obyek-subyek-predikat, predikat-subyek-obyek.
Dianggap hanya satu rentetan kesewenangan kepala desa peristiwa ini oleh penduduk Sugi Waras.
Dalam keterangan kepada Antara di Rabat, Menlu Muchtar mengatakan bahwa tukar pikiran itu sangat bermanfaat.
Bagi orang banyak, terutama orang kota, peristiwa itu tentunya tidak akan mungkin dapat dimengerti.
3) Variasi dalam Jenis Kalimat
Untuk mencapai efektifitas sebuah kalimat berita atau pernyataan dapat dinyatakan dalam kalimat tanya atau kalimat perintah.
Perhatikan contoh-contoh beriku ini!
Kita harus berhati-hati memakai bahan bakar dan energi di dalam negeri.
Dapatkah kita melaksanakan pembagunan ini sesuai dengan program?
5. Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh:
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)
6. Keparalelan atau
Kesajajaran
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
Contoh:
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara
luwes. (tidak efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)
7. Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:
a.Meletakkan kata
yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. (ketegasan)
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara
ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)
b. Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar)
c. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang
ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu bodoh, tetapi pintar.
e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan),
seperti: partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh:
Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini.
Kesalahan-Kesalahan
yang Terjadi dalam membuat Kalimat Efektif
Jenis-jenis kesalahan kalimat
Berbahasa pada hakikatnya merupakan kegiatan menyusun kalimat, usaha
membuat kalimat yang benar, dan pengetahuan mengenai jenis-jenis kesalahan
kalimat merupakan pengetahuan yang tidak dapat diabaikan. Berikut ini adalah
faktor-faktor yang menyebabkan sebuah kalimat itu salah.
A.
Ejaan
Ejaan adalah cara-cara yang digunakan untuk mewujudkan bahasa dalam bentuk tulisan.[1][10] Dengan demikian
ejaan mempunyai kedudukan yang amat penting dalam bahasa tulis karena ia dapat
mempengaruhi cara seseorang mengucapkan atau melafalkan bahasa tertulis
tersebut.
Contoh:
1. Ibu sudah pergi.
2. Ibu sudah pergi?
Kedua kalimat di atas walaupun terdiri atas kata-kata yang sama,
keduanya memiliki maksud berbeda karena perbedaan tanda ejaan yang digunakan.
Kalimat pertama diakhiri dengan tanda titik sehingga mengandung makna berita,
sedangkan kalimat kedua diakhiri dengan tanda tanya sehingga bermakna sebuah
pertanyaan.
Pada dasarnya kesalahan ejaan tidak selalu menimbulkan kesalahan
makna.
Contoh:
1. Peserta lokakarya bahasa berjumlah limapuluh
orang.
2. Pihak majikan harus menjaga kwalitas
hasil produksi perusahaannnya.
3. Di tempat itupun terdapat rumah-rumah
penduduk biasa.
4. Putranya yang ungsu sekarang kuliah
di I.A.I.N.
Semua kalimat-kalimat di atas salah ejaannya. Tetapi, coba bandingkan
dengan kalimat-kalimt yang sudah dibenarkan ejaannya di bawah ini, sebagai berikut:
1. Peserta lokakarya bahasa berjumlah
lima puluh orang.
2. Pihak majikan harus menjaga kualitas
hasil produksi perusahaannya.
3. Di tempat itu pun terdapat
rumah-rumah penduduk biasa.
4. Putranya yang bungsu sekarang kuliah
di IAIN.
Jika kita lihat makna kalmat-kalimat di atas sama benar dengan
kalimat-kalimat terdahulu, tetapi kelompok kalimat pertama adalah
kalimat-kalimat yang ejaannya salah, sedangkan kelompok kalimat kedua adalah
kekompok kalimat yang ejaannya benar.
B.
Kata
Setelah ejaan, faktor lain yang dapat menyebabkan kesalahan kaliamt
adalah kata. Kata mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu bahasa
karena kata menjadi unsur utama pembangun sebuah kalimat.
Baik buruknya seseorang dapat dilihat cara kemahiran dan kecermatannya
dalam memilih kata. Kata dapat menyebabkan suatu kalimat salah, apabila kata
tersebut:
1.
Kalimat salah yang
disebabkan oleh kesalahan bentuk kata.
Menurut bentuknya kata dapat dibedakan atas kata dasar dan kata jadian
atau kata turunan. Kesalahan yang sering terjadi akibat perubahan daru kata
dasar yang tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya perubahan pengertian yang
tidak dikehendaki. Berikut ini contoh kalimat-kalimat salah yang disebabkan
kesalahan kalimat:
a. Saya mendengarkan sudah hampir dua
bulan ia dirawat di rumah sakit.
b. Sudah dua kali ia diperingati guru
agar tidak berbuat curang.
c. Amin mempunyai kegemaran mengkail
di laut.
d. Kantor tempatnya pekerja jauh sekali
dari sini.
e. Saya berserta teman-teman aan
mengikuti diskusi kelas.
Mari kita bandingkan dengan di bawah ini:
a. Saya mendengar sudah hampir dua bulan
ia dirawat di rumah sakit.
b. Sudah dua kali ia diperingatkan guru
agar tidak berbuat curang.
c. Amin mempunyai kegemaran mengail
di laut.
d. Saya beserta teman-teman akan
mengikuti diskusi kelas.
Ternyata hanya sedikit sekali perbedaan yang terdapat pada kedua
kelompok kalimat tersebut. Kalau kita bandingkan antara keduanya, akan tampak
perbedaan sebagai berikut:
a. mendengarkan a. mendengar
b. diperingati b.
diperingatkan
c. mengkail c. mengail
d. pekerja d. bekerja
e. berserta e. Beserta
2.
Kalimat salah yang
disebabkan oleh kesalahan arti kata.
Fungsi kalimat yang paling utama ialah untuk menyampaikan ide atau
gagasan. Kalimat yang dibangun oleh kata-kata yang mengandung makna atau
arti.dengan demikian, tampak jelaslah arti penting pemilihan kata yang
mendukung pengertian sebagaiman dimaksudkan oleh pembicara atau penulis.
Berikut ini beberapa contoh kalimat salah yang disebabkan oleh kesalahan arti
salah satu kata yang membangunnya.
a. Saya sampaikan terimakasih kepada pengacara
yang telah memberikan kesempatan berbicara kepada saya.
b. Kalau kau ingin lulus, jangan kauacuhkan
nasihat guru-gurumu.
c. Akibat penebangan hutan yang semena-mena,
kini di mana-mana terjadi banjir.
d. Jangan sekali-sekali kau berdusta.
Pemakaian bahasa yang cermat
dalam memilih kata, pasti segera tahu bahwa kalimat-kalimat di atas salah.
Kalimat a salah karena penggunaan kata pengacara yang tidak pada
tempatnya. Pengacara adalah sebutan untuk orang yang bertugas membela perkara
di pengadilan. Yang dimaksud pembicara pasti bukan pengacara tetapi pengatur
acara. Jadi, kalimat yang benar adalah “saya ucapkan terimakasih kepada pengatur
acara yang telah memberi kesempatan saya berbicara”.
Kalimat b salah karena penggunaan kata acuh yang tidak sesuai dengan
maknanya. Arti kata acuh adalah peduli. Mengacuhkan artinya memperdulikan; sama
artinya memperhatikan. Jadi, agar kalimat tersebut betul dan tidak menyakitkan
hati para guru, sebaiknya diubah demikian: “kalau ingin lulus, acuhkanlah
guru-gurumu.
Kalimat c salah karena penggunaan kata semena-mena. Kata semena-mena
berarti dengan baik-baik atau dengan kira-kira. Tentu dengan makna ini salah
sekali. Maka maksud dari kalimat ini adalah tidak semena-mena ini berarti sewenang-wenang.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kalimat yang benar adalah:
- Akibat
penebangan hutan yang tidak semena-mena, kini di mana-mana sering terjadi
banjir.
Atau:
- Akibat
penebangan hutan yang sewenang-wenang, kini di mana-mana sering terjadi banjir.
Kalimat d salah karena pemakaian kata sekali-kali tidak pada
tempatnya. Makna kata sekali-sekali adalah kadang-kadang atau kadangkala.
Karena pemakaian tidak tepat tersebut, kalimat itu menjadi
membingungkan.kalimat tersebut mestinya kita katakan demikian “jangan sekali-kali
kau berdusta” karena ini adalah kalimat larangan yang harus dipatuhi.
3.
Kalimat salah yang
disebabkan oleh kesalahan kalimat fungsi kata
Setiap kata pada suatu kalimat
pasti mimiliki fungsi. Apabila dalam suatu kalimat terdapat suatu kalimat yang
tidak berfungsi sesuai dengan jenisnya, maka jelas kalimat itu salah.
Contoh:
a. Bagi yang tidak berkepentingan
dilarang masuk!
Segera kita ketahui kesalahan kalimat itu apabila kita buatkan
pertanyaan, “siapakah yang dilarang masuk?” jawaban pertanyaan di atas pasti
“yang tidak berkepentingan” dari jawaban di atas kita ketahui bahwa kata “bagi”
tidak berfungsi dalam kalimat tersebut, sehingga kalimat b itu salah. Agar
kalimat demikian betul, maka:
b. Yang tidak berkepentingan dilarang
masuk!
4.
Kalimat salah yang
disebabkan oleh kata yang salah susunannya
Bahasa indonesia mempunyai aturan cara menyusun kata:
a. Yang diterangkan diletakkan di depan;
sedang yang menerangkan diletakkan di belakang (dikenal dengan hukum DM).
b. Untuk menyatakan milik, cukup dengan
menjajarkan benda yang dimiliki dengan benda yang memiliki; dan
c. Hubungan antarkata prinsipnya bersifat
sintetis.
Contoh:
a. Menurut kabar yang saya dengar, ia
akan datand ini hari.
b. Atas bantuan anda, saya ucapkan banyak
terimakasih.
c. Rumah adik saya jauh sekali
dari keramaian.
d. Ayah dari teman adik saya berasal
dari kalimantan.
Seharusnya:
a. Menurut kabar tang saya dengar, ia
akan datang hari ini.
b. Atas bantuan anda, saya ucapkan
terimakasih banyak.
c. Rumah adik saya jauh sekali
dari keramaian.
(Rumah adik sudah mengandung pengertian rumah “milik” adik)
d. Ayah teman adik saya berasal dari
kalimantan.
(Ayah teman adik sudah mengandung penertian ayah “dari” teman adik)
C.
Logika
Dalam pembuatan kalimat harus dapat diterima akal (logis). Kalimat
logis adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah berpikir yang benar sehingga
tidak mengandung kerancuan di dalamnya. Seringkali bahasa lisan mengandung
kesalahan kalimat akibat kalimat yang dibuat menyalahi kaidah berpikir yang
sehat, tetapi dipandang lumrah sehingga dibiarkan saja.
Contoh:
- Pencopet itu
berhasil ditangkap oleh polisi.
- Yang merasa
kehilangan jam tangan dapat diambil di kantor TU.
Bandingkan dengan kalimat berikut:
- Polisi itu berhasil
menangkap polisi itu.
- Yang merasa
kehilangan jam tangan dapat mengambilnya di kantor TU.
Kalimat 2 dan 3 memang tidak logis. Hal tersebut dapat terlihat pada
hubungan S dan P-nya.
Siapakah yang berhasil menangkap pencopet?
Jawabanya: polisi.
Siapakah yang berhasil melarikan diri?
Jawabannya: pencopet
Jadi polisi berhasil menangkap pencopet; sedangkan pencopet
berhasilkan melarikan diri dari tangkapan polisi. Memang, polisi berusaha
menangkap pencopet berusaha supaya tidak biasa ditangkap oleh polisi.
Penjelasan kalimat 3:
-siapakah yang diambil?
Jawabannya: yang merasa kehilangan jam tangan. Misalkan yang
kehilangan jam tangan itu Arini, maka Arinilah yang diambil di kantor TU.
Benarkah hal demikian? Tentu saja tidak. Maksud kalimat 3 di atas bukan Arini
yang diambil, melainkan jam tangan, atau Arini yang dapat mengambil jam tangan
itu.
D.
Kata-kata yang sering salah
prnggunaannya dan pengucapannya
Kesalahan suatu kalimat selain disebabkan oleh kesalahan yang bersifat gramatikal, termasuk penggunaan
tanda baca,dapat juga disebabkanoleh pengunaan kata yang kurang tepat atau
salah artinya. Berikut ini akan dikemukakan beberapa kata yang sering
membingungkan banyak orang sehingga mengakibatkan penggunaannya salah:
1. Agar supaya
2. Atase kebudayaan
3. Berhubung
4. Benar/betul
5. Bang dan bank
6. Besok
7. Bersama ini saya beritahukan,
bahwa...
8. Berulangkali
9. Berdasarkan atas; yang betul
berdasarkan atas
10. Diketemukan; yang
betul ditemukan
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar