1.
Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa
berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna
yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran
yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat
diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri
dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat
dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.) untuk
menyatakan kalimat berita atau yang bersifat informatif, tanda tanya (?) untuk
menyatakan pertanyaan dan tanda seru (!) untuk menyatakan kalimat perintah.
Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus
memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua
unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa.
2.
Unsur-unsur Kalimat
1. Subjek
Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah
kalimat di samping unsur predikat. Dengan mengetahui ciri-ciri subjek secara
lebih terperinci, kalimat yang dihasilkan dapat terpelihara strukturnya.
·
Jawaban atas Pertanyaan Apa
atau Siapa
Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas
pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk subjek
kalimat yang berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya siapa.
Contoh:
Buku itu saya serahkan.
Saya menyerahkan buku itu
·
Disertai Kata Itu, itu dan tersebut.
Subyek disertai kata ganti penunjuk, ini, itu, dan tersebut yang
ditempatkan di antara subyek dan predikat, bahkan kata ganti penunjuk itu
sendiri dapat bertindak menjadi subyek.
Contoh:
Perhiasannya anggun. (Meja itu, subyek)
Itu perhiasan anggun. (Itu, subyek)
· Didahului Kata Bahwa
Di dalam kalimat pasif kata bahwa merupakan penanda bahwa unsur yang
menyertainya adalah anak kalimat pengisi fungsi subjek. Di samping itu, kata
bahwa juga merupakan penanda subjek yang berupa anak kalimat pada kalimat yang
menggunakan kata adalah atau ialah.
·
Mempunyai Keterangan
Pewatas Yang
Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih
lanjut dengan menggunakan penghubung yang. Keterangan ini dinamakan keterangan
pewatas.
Contoh:
Icuk Sugiato yang juara dunia bulu tangkis tahun 1983 kalah
lagi bertanding dengan Yang Yang.
·
Tidak Didahului Preposisi
Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke, kepada,
pada. Orang sering memulai kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti itu
sehingga menyebabkan kalimat-kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek.
·
Berupa Nomina atau Frasa
Nominal
Subjek kebanyakan berupa nomina atau frasa nominal. Di samping nomina,
subjek dapat berupa verba atau adjektiva, biasanya, disertai kata penunjuk itu.
Contoh:
Pertemuan itu ditunda sampai minggu depan. (Subyek, Pertemuan
itu, kata benda)
Panasnya sangat menyengat. (Subyek, Panasnya, kata
keadaan yang dibendakan)
Mahasiswa yang pemalu itu memenangkan lomba melukis. (Subyek,
Mahasiswa yang pemalu itu, frasa nominal)
·
Subyek boleh didahului kata
tugas, yaitu kata depan dan kata penghubung, kecuali bahwa. Kata tugas ini
berfungsi untuk memperluas kalimat.
Contoh:
Sudah kami ketahui bahwa ia tidak datang.
Telah terbukti bahwa ia mencuri.
Dari hasil laboratorium diketahui bahwa golongan
darah mereka sama.
·
Subyek dapat dihilangkan
dalam kalimat majemuk.
Contoh:
Mereka ingin pulang karena (mereka) sudah terlalu letih.
Mereka ingin pulang karena sudah terlalu letih.
Dia bukan dokter melainkan (dia) produser film.
Dia bukan dokter melainkan produser film.
2. Predikat
Predikat juga merupakan unsur utama suatu kalimat
di samping subjek Bagian ini khusus membicarakan ciri-ciri predikat secara
lebih terperinci.
·
Predikat berupa kata (kata
benda, kata kerja, kata sifat, kata bilangan, dan kata depan) dan
kelompok kata.
Predikat ditempati oleh lima kelas kata atau kelompok kata sbb:
a) Predikat berupa kata benda atau frasa
nomina
Mereka itu mahasiswa.
Bapak itu pimpinan perusahaan
b) Predikat berupa kata kerja atau frasa
verbal
Mereka belajar di teras rumah.
Dia datang memenuhi janjinya.
c) Predikat berupa kata sifat atau frasa
ajektiva.
Mereka malas ke sekolah pagi ini.
Harganya mahal sekali.
d) Predikat berupa kata bilangan atau
numeralia.
Kenaikan rata-rata 5 %.
Jumlah penonton sekitar seribu orang.
·
Jawaban atas Pertanyaan
Mengapa atau Bagaimana
Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas
pertanyaan mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat. Pertanyaan sebagai
apa atau jadi apa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa nomina
penggolong (identifikasi). Kata tanya berapa dapat digunakan untuk menentukan
predikat yang berupa numeralia (kata bilangan) atau frasa numeralia.
Contoh :
Mereka sedang berdiskusi.
Pertemuan itu kurang menari
·
Kata Adalah atau Ialah
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu
terutama digunakan jika subjek kalimat berupa unsur yang panjang sehingga batas
antara subjek dan pelengkap tidak jelas.
·
Dapat Diingkarkan
Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang
diwujudkan oleh kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan untuk
predikat yang berupa verba atau adjektiva. Di samping tidak sebagai penanda
predikat, kata bukan juga merupakan penanda predikat yang berupa nomina atau
predikat kata merupakan.
·
Dapat Disertai Kata-kata
Aspek atau Modalitas
Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai
kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu
terletak di depan verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina
bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap
pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.
Peran dalam
predikat
Peran predikat dalam kalimat mengungkapkan tiga informasi, yaitu:
a) pernyataan
Contoh:
Pedagang terkenal itu anak seorang nelayan
(Predikat berupa frasa nominal)
b) perintah
Dalam peran perintah perlu diperhatikan beberapa cacatan penting.
-
Subyek dapat ditiadakan.
-
Setiap kalimat diakhiri
dengan tanda seru.
-
Dapat berupa kata kerja
tanpa imbuhan (aus) seperti: pulang, pergi, gerak, dan tenang.
-
Partikel lah
mempertegas (kalimat) perintah.
-
Kata-kata seperti: ayo, silahkan, mari, oke,
dilarang, jangan, dan harap memperhalus peran perintah menjadi ajakan,
permohonan, dan larangan, sepeti contoh:
Harap tenang!
Perhatikan baik-baik!
Jangan dibagikan dahulu!
c) Pertanyaan
Peran pertanyaan dinyatakan dengan intonasi menaik dan menurun serta
tanda tanya (?) dalam kalimat tulis.
Perlu diketahui beberapa hal tentang peran pertanyaan ini.
-
Semua kelas kata atau frasa
yang menempati predikat dapat menyatakan pertanyaan seperti terlihat dalam
semua contoh.
-
Partikel kah dapat
ditambahkan sebagai penekanan.
Contoh: Marahkah dia?
-
Dengan merubah intonasi,
yaitu intonasi menaik atau menurun, predikat pernyataan dapat menjadi predikat
pertanyaan.
Contoh: Dia ke sini kemarin. (Pernyataan)
Dia kesini kemarin? (Pertanyaan)
-
Kata tanya seperti: apa,
siapa, bagaimana, mengapa, di mana, kapan dapat ditambahkan dan intonasi
kalimat akan menurun.
Contoh: Apa isi surat ini?
3. Objek
Unsur kalimat ini bersifat wajib dalam susunan
kalimat aktif transitif yaitu kalimat yang sedikitnya mempunyai tiga unsur
utama, subjek, predikat, dan objek. Predikat yang berupa verbal intransitif
(kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, sedangkan verbal
transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-. Ciri-ciri objek ini
sebagai berikut:
·
Langsung di Belakang
Predikat
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah
mendahului predikat.
·
Dapat Menjadi Subjek
Kalimat Pasif
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek
dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan
unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang
disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya.
·
Tidak Didahului Preposisi
Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat tidak
didahului preposisi. Dengan kata lain, di antara predikat dan objek tidak dapat
disisipkan preposisi.
·
Didahului Kata Bahwa
Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak
kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.
4.
Pelengkap (Pel.)
Pelengkap merupakan unsur kalimat
yang dapat bersifat wajib ada karena melengkapi makna verba predikat kalimat.
Pelengkap dan objek memiliki
kesamaan. Kesamaan itu ialah kedua unsur kalimat ini :
-
Bersifat wajib ada karena
melengkapi makna verba predikat kalimat.
-
Menempati posisi di
belakang predikat.
-
Tidak didahului preposisi.
Perbedaannya terletak pada
kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat
objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat
pasif, bukan pelengkap.
Berikut ciri-ciri pelengkap. Di
Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat,
sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya
terdapat pada kalimat berikut.
-
Diah mengirimi saya buku
baru.
-
Mereka membelikan ayahnya sepeda
baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda
baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak mendahului predikat. Tidak
Didahului Preposisi. Seperti objek, pelengkap tidak didahului preposisi.
Contoh : Sherina bermain piano.
5.
Keterangan (K)
Unsur kalimat
yang didahului preposisi disebut keterangan. Keterangan merupakan unsur kalimat
yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam
kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan
tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan
yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada,
terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat
ditandai dengan kata penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika,
dan sehingga.
Berikut ini beberapa ciri unsur
keterangan.
·
Bukan Unsur Utama
Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan merupakan unsur
tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat
wajib.
·
Tidak Terikat Posisi
Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan
tempat. Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimat, atau di
antara subjek dan predikat.
Contoh :
-
Malam ini, Suju akan
kembali ke Korea.
-
Mereka memperhatikan
materi dengan seksama.
·
Terdapat Beberapa Jenis Keterangan
Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.
a) Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang
berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin, besok, sekarang,
kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan
untaian kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei,
dan minggu depan. Keterangan waktu yang berupa anak kalimat ditandai oleh
konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah, sebelum, saat,
sesaat, sewaktu, dan ketika.
b) Keterangan Tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh
preposisi, seperti di, pada, dan dalam.
c) Keterangan Cara
Keterangan cara dapat berupa frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara.
Keterangan cara yang berupa frasa ditandai oleh kata dengan atau secara yang
diikuti verba (kata kerja). Terakhir, keterangan cara yang berupa anak
kalimat ditandai oleh kata dengan dan dalam.
d) Keterangan Alat
Keterangan cara berupa frasa yang menyatakan cara ditandai oleh kata dengan
yang diikuti nomina (kata benda).
e) Keterangan Sebab
Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang berupa
frasa ditandai oleh kata karena atau sebab yang diikuti oleh nomina atau frasa
nomina. Keterangan sebab yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor karena
atau lantaran.
f) Keterangan Tujuan
Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa
frasa ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan yang
berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya, agar, atau untuk.
g) Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika
ditulis, keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (--), atau tanda kurang.
Contoh :
Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.
h) Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek), tetapi
berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur
yang diterangkan, sedangkan keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur
yang diterangkan.
Contoh : Marshanda, mahasiswa
tingkat lima, mendapat beasiswa.
Keterangan tambahan (tercetak tebal) itu tidak dapat menggantikan unsur yang
diterangkan yaitu kata Marshanda.
i)
Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat,
objek, keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan,
keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan. Contoh: Mahasiswa yang mempunyai
IP tiga lebih mendapat beasiswa.
Contoh
diatas menjelaskan bahwa bukan semua mahasiswa yang mendapat beasiswa, melainkan
hanya mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih.
3. Pola Kalimat
Kalimat yang
kita gunakan sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam sejumlah kalimat dasar
yang sangat terbatas. Dengan perkataan lain, semua kalimat yang kita gunakan
berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita
masing-masing, kalimat dasar tersebut kita kembangkan, yang pengembangannya itu
tentu saja harus didasarkan pada kaidah yang berlaku.
Berdasarkan
keterangan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat dasar ialah
kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktrur inti, belum mengalami
perubahan. Perubahan itu dapat berupa penambahan unsur seperti penambahan
keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek, ataupun
pelengkap. Kalimat dasar dapat dibedakan ke dalam delapan tipe sebagai berikut:
a)
Kalimat Dasar Berpola S P
Kalimat dasar tipe ini memiliki
unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe ini dapat berupa kata
kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan. Misalnya:
Mereka / sedang berenang. = S
/ P (Kata Kerja)
Ayahnya / guru SMA. = S / P
(Kata Benda)
Gambar itu / bagus.= S / P
(Kata Sifat)
Peserta penataran ini / empat
puluh orang. = S / P (Kata Bilangan)
b)
Kalimat Dasar Berpola S P O
Kalimat dasar tipe ini memiliki
unsur subjek, predikat, dan objek. subjek berupa nomina atau frasa nominal,
predikat berupa verba transitif, dan objek berupa nomina atau frasa nominal.
Misalnya:
Mereka / sedang menyusun /
karangan ilmiah. = S / P / O
Mereka / sedang membuat /
layang-layang. = S / P / O
c)
Kalimat Dasar Berpola S P Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki
unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal,
predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, dan pelengkap berupa nomina
atau adjektiva. Misalnya:
Anaknya / beternak / ayam. = S
/ P / Pel.
d)
Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki
unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. subjek berupa nomina atau frasa
nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa
nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:
Dia / mengirimi / saya /
surat. = S / P / O / Pel.
e)
Kalimat Dasar Berpola S P K
Kalimat dasar tipe ini memiliki
unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur keterangan karena diperlukan
oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba
intransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Mereka / berasal / dari Surabaya.
= S / P / K
f)
Kalimat Dasar Berpola S P O K
Kalimat dasar tipe ini memiliki
unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa
nomina, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa
nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Kami / memasukkan / pakaian /
ke dalam lemari. = S / P / O / K
g)
Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K
Kalimat dasar tipa nomina atau
adjektiva, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Ungu / bermain / musik / di
atas panggung.
S
P
Pel.
K
h)
Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. K
Kalimat dasar tipe ini memiliki
unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. subjek berupa nomina
atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau
frasa nominal, pelengkap berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa
frasa berpreposisi. Misalnya:
Dia / mengirimi / ibunya /
uang / setiap bulan. = S / P / O / Pel. / K
4.
Kalimat Majemuk
Kalimat
majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola kalimat atau lebih. Kalimat
majemuk ini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Cara membedakan anak
kalimat dan induk kalimat yaitu dengan melihat letak konjungsi. Induk kalimat
tidak memuat konjungsi di dalamnya, konjungsi hanya terdapat pada anak kalimat.
Setiap kalimat
majemuk mempunyai kata penghubung yang berbeda, sehingga jenis kalimat tersebut
dapat diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang digunakannya.
Jenis-jenis kalimat majemuk adalah:
1. Kalimat Majemuk Setara
2. Kalimat Majemuk Rapatan
3. Kalimat Majemuk Bertingkat
4. Kalimat Majemuk Campuran
5. Kalimat majemuk setara
1. Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat atau
lebih kalimat tunggal yang kedudukannya sejajar atau sederajat.
Berdasarkan kata penghubungnya
(konjungsi), kalimat majemuk setara terdiri dari lima macam, yakni:
Jenis
|
Konjungsi
|
Penggabungan
|
dan
|
penguatan/Penegasan
|
bahkan
|
Pemilihan
|
atau
|
Berlawanan
|
sedangkan
|
urutan waktu
|
kemudian, lalu, lantas
|
Contoh:
Lisa pergi ke pasar.
(kalimat tunggal 1)
Gio berangkat ke bengkel.
(kalimat tunggal 2)
Lisa pergi ke pasar sedangkan
Fadilah berangkat ke bengkel. (kalimat majemuk)
Fadilah berangkat ke bengkel
sedangkan Lisa pergi ke pasar. (kalimat majemuk)
2. Kalimat Majemuk Rapatan
Kalimat majemuk rapatan yaitu
gabungan beberapa kalimat tunggal yang karena subjek, predikat atau objeknya
sama,maka bagian yang sama hanya disebutkan sekali.
Contoh:
Pekerjaannya hanya makan.
(kalimat tunggal 1)
Pekerjaannya hanya tidur.
(kalimat tunggal 2)
Pekerjaannya hanya merokok.
(kalimat tunggal 3)
Pekerjaannya hanya makan,
tidur, dan merokok. (kalimat majemuk rapatan)
3. Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat yaitu
penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda.
Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak
kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk
kalimat.
Berdasarkan kata penghubungnya
(konjungsi), kalimat majemuk bertingkat terdiri dari sepuluh macam, yakni:
Jenis
|
Konjungsi
|
syarat
|
jika, kalau, manakala,
andaikata, asal(kan)
|
tujuan
|
agar, supaya, biar
|
perlawanan (konsesif)
|
walaupun, kendati(pun), biarpun
|
penyebaban
|
sebab, karena, oleh karena
|
pengakibatan
|
maka, sehingga
|
cara
|
dengan, tanpa
|
alat
|
dengan, tanpa
|
perbandingan
|
seperti, bagaikan, alih-alih
|
penjelasan
|
bahwa
|
kenyataan
|
padahal
|
Contoh:
Kemarin ayah mencuci motor.
(induk kalimat)
Ketika matahari berada di ufuk
timur. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)
Ketika matahari berada di ufuk
timur, ayah mencuci motor. (kalimat majemuk bertingkat cara 1)
Ayah mencuci motor ketika
matahari berada di ufuk timur. (kalimat majemuk bertingkat cara 2)
4. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran yaitu
gabungan antara kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
Sekurang-kurangnya terdiri dari tiga kalimat.
Contoh:
Denver bermain dengan Taufik.
(kalimat tunggal 1)
Ariena membaca buku di kamar
kemarin. (kalimat tunggal 2, induk kalimat)
Ketika aku datang ke rumahnya.
(anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)
Denver bermain dengan Taufik,
dan Rina membaca buku di kamar, ketika aku datang ke rumahnya. (kalimat
majemuk campuran)
http://kumpulanmakalahmatakuliahakpercianjur.blogspot.com/p/pola-dasar-kalimat-bahasa-indonesia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar