Merdeka.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) Jero Wacik
menyebut telah menyelesaikan renegosiasi harga jual gas Tangguh di Papua ke
Fujian, Jepang. Hasil renegosiasi ini membuat Indonesia akan dapat revenue
lebih karena harga gas kesepakatan baru telah naik.
Jero Wacik mengatakan, kontrak blok Tangguh Papua Barat untuk melakukan ekspor ke Fujian dan AS telah terjalin sejak 2002 hingga 2034. Harga jual gas Tangguh ke Fujian hanya USD 2,7 per MMBTU. Padahal, harga gas pasaran sampai ada USD 14 per MMBTU. Pada 20 Juni 2014 akhirnya disepakati mengenai harga jual baru dengan harga USD 8 per MMBTU.
"Kalau harga ini seperti ini, yang lama kita dapat income USD 5,2 miliar, kalau dengan yang baru akan mendapat income USD 20,9 miliar, atau setara dengan Rp 251 triliun sampai dengan 2034, atau setiap tahunnya 12,5 triliun," ucap Jero dalam konferensi pers di Kantornya, Jakarta, Selasa (1/6).
Jero menjelaskan, dengan kesepakatan renegosiasi baru itu, pada 2015 rumusan penetapan harga jual gas Tangguh yaitu 0,090 JCC (Japan Crude Cocktail) + 1,3, jika harga JCC USD 100 per barel, maka harga jual gas Tangguh menjadi USD 10 per MMBTU.
"2016, 0,105 JCC +1.5 kalau harga JCC USD 100 per barel, maka harga 11,35/MMBTU," tambahnya.
Pada 2017, sambung Jero, rumusan penjualan ada pada 0,110 JCC + 2,3 dengan harga JCC USD 100 maka harga jual menjadi USD 13 per MMBTU. "Setelah 2017 itu tentu ada renegosiasi kembali, 2018 ada renegosiasi lagi, kalau kita berasumsi sampai 2034 rata -rata harga kita akan jatuh pada 12,8 per MMBTU," tutupnya.
Jero Wacik mengatakan, kontrak blok Tangguh Papua Barat untuk melakukan ekspor ke Fujian dan AS telah terjalin sejak 2002 hingga 2034. Harga jual gas Tangguh ke Fujian hanya USD 2,7 per MMBTU. Padahal, harga gas pasaran sampai ada USD 14 per MMBTU. Pada 20 Juni 2014 akhirnya disepakati mengenai harga jual baru dengan harga USD 8 per MMBTU.
"Kalau harga ini seperti ini, yang lama kita dapat income USD 5,2 miliar, kalau dengan yang baru akan mendapat income USD 20,9 miliar, atau setara dengan Rp 251 triliun sampai dengan 2034, atau setiap tahunnya 12,5 triliun," ucap Jero dalam konferensi pers di Kantornya, Jakarta, Selasa (1/6).
Jero menjelaskan, dengan kesepakatan renegosiasi baru itu, pada 2015 rumusan penetapan harga jual gas Tangguh yaitu 0,090 JCC (Japan Crude Cocktail) + 1,3, jika harga JCC USD 100 per barel, maka harga jual gas Tangguh menjadi USD 10 per MMBTU.
"2016, 0,105 JCC +1.5 kalau harga JCC USD 100 per barel, maka harga 11,35/MMBTU," tambahnya.
Pada 2017, sambung Jero, rumusan penjualan ada pada 0,110 JCC + 2,3 dengan harga JCC USD 100 maka harga jual menjadi USD 13 per MMBTU. "Setelah 2017 itu tentu ada renegosiasi kembali, 2018 ada renegosiasi lagi, kalau kita berasumsi sampai 2034 rata -rata harga kita akan jatuh pada 12,8 per MMBTU," tutupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar